Sering kali ketika kita mendapatkan ujian dari Allah swt, kita berfikir bahwa allah tidak adil kepada kita, padehal sebenarnya keadilan allah itu tidak secara instan akan terjadi saat itu juga tetapi ada kalanya allah memberikan keadilan di saat kita tidak menyadari bahwa itu bentuk keadilan dari Allah SWT, Seperti kisah berikut ini.
Seorang
pemuda yang masih belia tampak begitu kelelahan dan kehausan. Maka tatkala tiba
di disuatu oase yang bening airnya dengan tanaman rindang disekelilingnya,
Penunggang Kuda itu menghentikan kudanya dan turun ditempat tersebut. Ia
berbaring, lalu meletakkan sebuah bungkusan disampingnya.
Matahari
sangat terik, namun disitu amat teduh, sehingga tanpa sengaja ia tertidur pulas
setelah memuaskan dahaganya dengan meminum air bening di oase tadi.
Ketika ia
terjaga, matahari mulai condong. Ia sedang mengejar waktu karena ibunya sakit
keras. Tampaknya ia anak seorang yang kaya raya, terlihat dari pakaiannya yang
mewah dan kudanya yang mahal. Dengan tergesa-gesa ia melompat ke punggung kuda
dan bungkusannya tertinggal karena ia hanya berpikir untuk segera tiba dirumah
menunggui ibunya yang sedang sekarat. Bapaknya sudah meninggal dibunuh orang
beberapa tahun yang lalu.
Tidak lama
setelah ia meninggalkan tempat tersebut, seorang penggembala lewat ditempat
tersebut. ia terkesima melihat ada sebuah bungkusan kain tergeletak dibawah
pohon. Diambilnya bungkusan itu, lalu dibawanya pulang kegubuknya yang buruk.
Alangkah
gembiranya hati si anak gembala tersebut tatkala melihat bungkusan tersebut
ternyata isinya emas dan perak yang sangat berharga. Ia yatim piatu dan masih
kecil sehingga penemuan itu di anggapnya merupakan hadiah baginya.
Tak berapa
lama, seorang kakek yang sudah bungkuk berjalan terseok-seok melalui oase tadi.
Karena kelelahan ia beristirahat di bawah pohon yang rimbun. Belum sempat ia
melepas
lelah, anak muda penunggang kuda yang tertidur sebelumnya dibawah pohon tadi
datang hendak mengambil bungkusan yang tertinggal.
Tatkala ia
sampai, alangkah terkejutnya pemuda tersebut melihat bahwa dipohon tersebut
tidak lagi menemukan bungkusan kain. Yang nampak hanyalah seorang kakek. Maka
pemuda itu
dengan suara keras bertanya kepada si kakek, "Mana bungkusan yang tadi
disini ?"
"Saya
tidak tahu," jawab kakek dengan gemetar.
"Jangan
bohong !" bentak si Pemuda.
"Sungguh,
waktu saya tiba disini, tidak ada apa-apa kecuali kotoran kambing". jawab
si kakek.
"Kurang
ajar ! Kamu mau mempermainkan aku ? Pasti engkau yang mengambil bungkusanku dan
menyembunyikan di suatu tempat .. Ayo kembalikan !"
"Bungkusan
itu baru kuambil dari kawan ayahku sebagai warisan yang telah dititipkan ayahku
kepadanya untuk diserahkan kepadaku kalau aku sudah dewasa, yaitu sekarang
ini.
Kembalikan !" lanjut si Pemuda
"Sumpah
tuan, saya tidak tahu," sahut kakek tersebut makin ketakutan.
"Kurang
ajar ! Bohong ! Ayo serahkan kembali. Bila tidak ,tahu rasa nanti" hardik
Pemuda tadi.
Karena kakek
itu tidak tahu apa-apa, maka ia tetap bersikeras tidak melihat bungkusan
tersebut. Si Pemuda tidak bisa dapat mengendalikan kemarahannya lagi.
Dicabutnya
pedang
pendek dari pinggangnya dan akhirnya kakek tadi di bunuhnya. Setelah itu ia
mencari kesana-kemari mencari bungkusan yang ia tinggalkan. Akan tetapi tidak
ditemukan. Setelah itu ia naik ke punggung kuda dan memacunya ke rumahnya
dengan perasaan marah dan kecewa.
Berita ini
ditanyakan kepada Nabi Musa oleh salah seorang muridnya. "Wahai
Nabiyullah, bukankah cerita tersebut justru menunjukan ketidak adilan Allah
?"
"Maksudmu
?" tanya Nabi Musa.
"Kakek
itu tidak berdosa tetapi menanggung malapetaka yang tidak patut diterimanya.
Sedangkan si anak gembala yang mengantungi harta tadi malah bebas tidak
mendapatkan balasan yang setimpal".
"Menurutmu
Tuhan tidak adil ?" ucap Nabi Musa terbelalak.
"Masya
Allah. Dengarkan baik-baik latar belakang ceritanya". Kemudian Nabi Musa
pun bercerita.
"Ketahuilah,
dahulu ada seorang petani hartawan dirampok semua perhiasan harta benda
miliknya oleh dua orang bandit yang kejam. setelah berhasil merampok, harta itu
dibagi dua oleh perampok tersebut. Dalam pembagian harta rampokan tersebut
terjadi kecurangan oleh salah seorang bandit yang tamak sehingga harta
rampokkan tersebut dikuasainya sendiri setelah membunuh kawannya. Bandit yang
tamak itu adalah kakek yang di bunuh oleh pemuda tadi. Sedangkan bandit yang
dibunuh oleh kakek itu adalah ayah dari pemuda yang membunuh kakek tadi. Disini
berarti nyawa di bayar nyawa. Sedangkan petani yang hartawan itu adalah ayah
dari si pemuda gembala tadi yang mengambil bungkusan kain tadi. Itulah keadilan
Tuhan. Harta kekayaan telah kembali kepada yang berhak dan kejahatan dua bandit
tadi telah memperoleh balasan yang setimpal. Meskipun peristiwanya tidak
berlangsung tepat pada masanya".
Refleksi
Hikmah :
Marilah kita
melihat sejenak ke belakang. Ke masa lalu. Apakah kita pernah melakukan sebuah
kesalahan ? Minta maaf lah. dan carilah ridho dari orang yang pernah kita
dzalimi. Mungkin bukan kita yang akan merasakan dampak buruk kesalahan kita.
bisa jadi anak kita ataupun cucu cucu kita.
Sumber: http://alkisaah.blogspot.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar